Kenapa Somalia Sangat Miskin? Menelusuri Akar Kemiskinan di Tanduk Afrika
Jumat, 30 Mei 2025 19:32 WIB
Somalia miskin karena konflik, krisis iklim, dan lemahnya pemerintahan, yang menghambat pembangunan dan stabilitas.
Somalia, sebuah negara di Tanduk Afrika, telah lama menyandang predikat sebagai salah satu negara termiskin dan paling tidak stabil di dunia. Meski memiliki potensi geografis yang strategis dan kekayaan sumber daya alam, sebagian besar rakyat Somalia hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Kenapa negara ini tak kunjung lepas dari jerat kemiskinan? Berikut ulasan lengkapnya.
1. Konflik dan Perang Saudara yang Tak Kunjung Usai
Kemiskinan di Somalia sangat berkaitan erat dengan sejarah panjang konflik yang melanda negeri ini. Sejak runtuhnya pemerintahan diktator Siad Barre pada tahun 1991, Somalia memasuki masa kekacauan. Pemerintahan pusat kolaps, dan negara terpecah-pecah menjadi wilayah yang dikuasai klan, milisi lokal, serta kelompok bersenjata seperti Al-Shabaab.
Tanpa adanya pemerintah yang berfungsi, layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur tidak bisa berjalan. Investasi asing pun enggan masuk karena kondisi yang sangat tidak stabil. Selama lebih dari tiga dekade, Somalia hidup dalam bayang-bayang kekerasan dan konflik internal yang tiada henti.
2. Ketidakstabilan Politik dan Ketiadaan Institusi Negara
Tidak adanya institusi negara yang kuat membuat Somalia kesulitan menjalankan pemerintahan secara efektif. Pemerintahan yang dibentuk pasca-konflik seringkali rapuh, penuh konflik internal, dan minim legitimasi di mata rakyat.
Korupsi menjadi persoalan besar. Dana bantuan dari luar negeri seringkali disalahgunakan atau tidak sampai ke tangan rakyat yang membutuhkan. Ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola sumber daya publik memperparah ketimpangan dan membuat rakyat kehilangan harapan.
3. Bencana Alam dan Perubahan Iklim
Somalia termasuk salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kekeringan ekstrem yang berulang, banjir, dan degradasi tanah menghancurkan pertanian dan peternakan, dua sektor utama penopang kehidupan masyarakat.
Kelaparan dan kekurangan gizi menjadi masalah kronis. PBB mencatat bahwa jutaan warga Somalia membutuhkan bantuan pangan setiap tahunnya karena gagal panen dan krisis air. Perubahan iklim tidak hanya memperparah kemiskinan, tapi juga memicu konflik baru antar kelompok yang berebut sumber daya alam yang makin langka.
4. Ketergantungan pada Bantuan Kemanusiaan
Lebih dari separuh penduduk Somalia bergantung pada bantuan kemanusiaan internasional untuk bertahan hidup. Meskipun bantuan tersebut menyelamatkan banyak nyawa, hal ini juga menciptakan ketergantungan jangka panjang yang menghambat pembangunan berkelanjutan.
Tanpa sistem ekonomi yang mandiri dan stabil, Somalia sulit menciptakan lapangan kerja, membangun infrastruktur, atau mengembangkan potensi ekonominya sendiri. Bantuan semestinya menjadi jembatan menuju kemandirian, namun di Somalia, bantuan menjadi satu-satunya penyelamat.
5. Pendidikan yang Terbengkalai
Akses terhadap pendidikan formal di Somalia sangat terbatas, terutama di wilayah-wilayah pedalaman dan daerah konflik. Banyak sekolah rusak, kekurangan guru, atau bahkan tidak berfungsi sama sekali. Anak-anak lebih sering terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, menjadi pengungsi, atau direkrut oleh kelompok milisi bersenjata.
Tanpa pendidikan yang layak, generasi muda Somalia terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Mereka tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan untuk meningkatkan taraf hidupnya di masa depan.
6. Bajak Laut dan Ketidakamanan Laut
Selama lebih dari satu dekade, Somalia dikenal sebagai wilayah dengan aktivitas bajak laut paling berbahaya di dunia, terutama di perairan Teluk Aden dan Samudera Hindia. Meskipun aktivitas bajak laut telah menurun sejak pertengahan 2010-an, dampaknya masih terasa.
Aktivitas bajak laut tidak hanya merusak ekonomi maritim dan perdagangan, tapi juga memperburuk citra Somalia di mata dunia internasional. Investor asing menghindari wilayah tersebut, dan ekspor-impor menjadi lebih mahal dan rumit.
7. Fragmentasi Wilayah dan Identitas Nasional yang Lemah
Somalia terfragmentasi secara politik dan sosial. Ada wilayah-wilayah yang secara de facto memisahkan diri, seperti Somaliland dan Puntland, yang memiliki pemerintahannya sendiri. Identitas nasional lemah, digantikan oleh loyalitas terhadap klan, suku, atau daerah.
Tanpa rasa kebangsaan yang kuat, upaya pembangunan nasional menjadi sulit. Tidak ada konsensus tentang arah politik, hukum, atau pembangunan ekonomi bersama.
Jalan Panjang Menuju Pemulihan
Kemiskinan di Somalia bukan disebabkan oleh satu faktor tunggal, tetapi oleh kombinasi kompleks antara konflik berkepanjangan, ketidakstabilan politik, bencana alam, dan kegagalan institusi. Untuk keluar dari kemiskinan ekstrem, Somalia membutuhkan stabilitas jangka panjang, sistem pemerintahan yang efektif, serta dukungan internasional yang lebih strategis dan berkelanjutan.
Namun yang paling penting adalah membangun kapasitas internal: memperkuat pendidikan, memberdayakan perempuan, membangun ekonomi lokal, dan merekonstruksi kepercayaan rakyat terhadap negara.
Jalan menuju pemulihan memang panjang dan berat, tetapi bukan tidak mungkin.

Penulis Indonesiana
80 Pengikut

Strategi Pertumbuhan Konglomerat
Senin, 25 Agustus 2025 08:46 WIB
Riwayat Pinjaman Anda dalam BI Checking
Kamis, 21 Agustus 2025 22:45 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler